Menurut Ibrahim
dan Nur (2004), berpikir memiliki beberapan pengertian antara lain: 1) berpikir adalah
proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi,
dan penalaran; 2) berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui
bahasa) obyek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik
itu untuk menemukan prinsip-prinsip yang esensial tentang obyek dan kejadian
itu; dan 3) berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan
mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama.
Ball & Garton (2005) dan Aksela (2005) menyatakan bahwa kompetensi berpikir
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kompetensi berpikir tingkat rendah (lower
order thingking/LOW) dan kompetensi berpikir tingkat tinggi (higher
order thingking/HOT). Kompetensi berpikir tingkat rendah meliputi
mengingat, menghafal, dan sedikit memahami sedangkan kompetensi berpikir
tingkat tinggi adalah kegiatan mental dalam memecahkan masalah dalam tingkat
yang lebih tinggi dari tingkat berpikir dasar. Agar mampu memecahkan masalah
dengan baik dan berkualitas tinggi dituntut kemampuan aplikasi, analisis,
sintesis, evaluasi, generalisasi, membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi
informasi, menyimpulkan, dan mengambil keputusan.
Berpikir tingkat
rendah lebih fokus pada pengumpulan, mengklasifikasi, menyimpan, dan mengingat.
Berpikir tingkat rendah tidak menghasilkan sesuatu yang baru dan kreatif serta
tidak memerlukan keterampilan berpikir yang lebih rumit. Aksela (2005)
menyatakan bahwa kompetensi berpikir tingkat rendah meliputi pengetahuan (knowledge/recall),
dan pemahaman (comprehension).
Arnyana (2007)
mengemukakan kompetensi berpikir tingkat tinggi dapat diajarkan di sekolah
melalui proses pembelajaran. Lebih lanjut mereka mengemukakan penekanan dalam
proses pembelajaran adalah melatih kompetensi berpikir siswa dan bukan pada
materi pelajaran. Mengajarkan siswa untuk berpikir secara langsung membuat
siswa menjadi cerdas. Dalam kompetensi berpikir tingkat tinggi kegiatan
pembelajaran bersifat student centered karena siswa yang lebih banyak
berperan di dalam proses pembelajaran.
Johnson (2002) menyatakan kompetensi berpikir tingkat tinggi dapat dibagi
menjadi kompetensi berpikir kritis dan kompetensi berpikir kreatif. Hubungan
antara berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari berpikir tingkat tinggi
ditunjukkan seperti Gambar di bawah
Pada Gambar di atas,
reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas levelretention atau recall (retensi atau memanggil). Reasoning meliputi basic thingking, critical thingking, dan creative thingking. Kompetensi retention thinking merupakan tingkatan berpikir yang paling rendah. Retention thinking yang merupakan berpikir hafalan
atau ingatan, apabila dikaitkan dengan tingkatan Taksonomi Bloom akan menempati
tingkatan paling bawah yaitu level hafalan (C1). Kompetensi basic thinking merupakan tingkatan kedua.
Dimana basic thinking merupakan pemahaman (berpikir dasar). Jika dikaitkan dengan
Taksonomi Bloom, maka basic thinking menempati tingkatan kedua yaitu level pemahaman (C2). Critical thinking dan creative thinking yang merupakan bagian dari high order thinking, apabila dikaitkan dengan
Taksonomi Bloom akan menempati tingkatan keempat sampai enam, yang meliputi:
level aplikasi (C3), level analisis (C4), level sintesis (C5), dan level
evaluasi (C6).
Bagaimana
Melatih Siswa Berpikir Tingkat Tinggi?
Di Indonesia, proses pembelajaran yang
melatih siswa berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa kendala. Salah satunya
adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau
sumber ilmu (teacher center) belum student center; dan fokus pendidikan di
sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual. Siswa hanya
dianggap sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala
lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah
sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes
yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap
sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini
merupakan masalah lama yang sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup
seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Diperlukan Higher Level Questions
(rich questions), pertanyaan yang meminta siswa untuk menyimpulkan,
hypothesise, menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi,
membandingkan, kontras atau membayangkan, menunjukkan jawaban tingkat
tinggi. Untuk menjawab Higher Level Questions (rich questions) diperlukan
penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi, berpikir logis
yang tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas
khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya
ke dalam situasi baru.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya
dalam melatih keterampilan berpikir adalah perlunya latihan-latihan yang
intensif. Seperti halnya keterampilan yang lain, dalam keterampilan berpikir
siswa perlu mengulang untuk melatihnya walaupun sebenarnya keterampilan ini
sudah menjadi bagian dari cara berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa
akan berdampak pada efisiensi dan otomatisasi keterampilan berpikir yang telah
dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus selalu menambahkan
keterampilan berpikir yang baru dan mengaplikasikannya dalam pelajaran lain
sehingga jumlah atau macam keterampilan berpikir siswa bertambah banyak.
Adang (1985), Suastra
& Kariasa (2001) mengatakan bahwa untuk melatihkan kompetensi berpikir
tingkat tinggi, siswa hendaknya diberi kesempatan sebagai berikut :
1. Mengajukan pertanyaan yang mengundang berpikir selama proses
belajar mengajar berlangsung.
2. Membaca buku-buku yang mendorong untuk melakukan studi lebih
lanjut.
3. Memodifikasi atau menolak usulan yang orisinil dari temannya, guru
atau dari buku pelajaran.
4. Merasa bebas dalam mengajukan tugas pengganti yang mempunyai
potensi kreatif dan kritis.
5. Menerima pengakuan yang sama untuk berpikir kreatif dan kritis
seperti juga untuk hasil belajar yang berupa mengingat.
6. Memberikan jawaban yang tidak sama persis dengan yang ada dalam
buku, namun konsep atau prinsipnya benar.
PERMASALAHAN
:
Menurut teman – teman apakah dengan
diterapkannya kurikulum k 13 yang telah dijalankan dan diterapkan disekolah –
sekolah yang ada diindonesia ini oleh mentri pendidikan sudah dapat
meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi pada siswa.? Mohon berikan
pendapat teman – teman sekalian...
seharusnya iya. karena dalamm k13 siswa ditunnutut unuk lebih aktif dalam pembelajaran. dan bahkan dapat mencari bahan ajar dan menganalisis nya sendiri sebagai bahan untuk diskusi dengan teman2.
BalasHapusiya memang seharusnya begitu karena tujuan diterapkannya kurikulum 13 adalah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan diindonesia. karena tuntutan perkembangan zaman yang membuat pemerintah terus berinovasi untuk melakukan perbaikan - perbaikan.
Hapus