Minggu, 26 Februari 2017

BERFIKIR TINGKAT TINGGI (HIGH ORDER THINKING)

Menurut Ibrahim dan Nur (2004), berpikir memiliki beberapan pengertian antara lain: 1) berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran; 2) berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) obyek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemukan prinsip-prinsip yang esensial tentang obyek dan kejadian itu; dan 3) berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama.

            Ball & Garton (2005) dan Aksela (2005) menyatakan bahwa kompetensi berpikir dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kompetensi berpikir tingkat rendah (lower order thingking/LOW) dan kompetensi berpikir tingkat tinggi (higher order thingking/HOT). Kompetensi berpikir tingkat rendah meliputi mengingat, menghafal, dan sedikit memahami sedangkan kompetensi berpikir tingkat tinggi adalah kegiatan mental dalam memecahkan masalah dalam tingkat yang lebih tinggi dari tingkat berpikir dasar. Agar mampu memecahkan masalah dengan baik dan berkualitas tinggi dituntut kemampuan aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, generalisasi, membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan, dan mengambil keputusan.

            Berpikir tingkat rendah lebih fokus pada pengumpulan, mengklasifikasi, menyimpan, dan mengingat. Berpikir tingkat rendah tidak menghasilkan sesuatu yang baru dan kreatif serta tidak memerlukan keterampilan berpikir yang lebih rumit. Aksela (2005) menyatakan bahwa kompetensi berpikir tingkat rendah meliputi pengetahuan (knowledge/recall), dan pemahaman (comprehension).

Arnyana (2007) mengemukakan kompetensi berpikir tingkat tinggi dapat diajarkan di sekolah melalui proses pembelajaran. Lebih lanjut mereka mengemukakan penekanan dalam proses pembelajaran adalah melatih kompetensi berpikir siswa dan bukan pada materi pelajaran. Mengajarkan siswa untuk berpikir secara langsung membuat siswa menjadi cerdas. Dalam kompetensi berpikir tingkat tinggi kegiatan pembelajaran bersifat student centered karena siswa yang lebih banyak berperan di dalam proses pembelajaran.

      Johnson  (2002) menyatakan kompetensi berpikir tingkat tinggi dapat dibagi menjadi kompetensi berpikir kritis dan kompetensi berpikir kreatif. Hubungan antara berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari berpikir tingkat tinggi ditunjukkan seperti Gambar di bawah



Pada Gambar di atas, reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas levelretention atau recall (retensi atau memanggil). Reasoning meliputi basic thingking, critical thingking, dan creative thingking. Kompetensi retention thinking merupakan tingkatan berpikir yang paling rendah. Retention thinking yang merupakan berpikir hafalan atau ingatan, apabila dikaitkan dengan tingkatan Taksonomi Bloom akan menempati tingkatan paling bawah yaitu level hafalan (C1). Kompetensi basic thinking merupakan tingkatan kedua. Dimana basic thinking merupakan pemahaman (berpikir dasar). Jika dikaitkan dengan Taksonomi Bloom, maka basic thinking menempati tingkatan kedua yaitu level pemahaman (C2). Critical thinking dan creative thinking yang merupakan bagian dari high order thinking, apabila dikaitkan dengan Taksonomi Bloom akan menempati tingkatan keempat sampai enam, yang meliputi: level aplikasi (C3), level analisis (C4), level sintesis (C5), dan level evaluasi (C6).

Bagaimana Melatih Siswa Berpikir Tingkat Tinggi?

Di Indonesia, proses pembelajaran yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu (teacher center) belum student center; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual. Siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Diperlukan Higher Level Questions (rich questions), pertanyaan yang meminta siswa untuk menyimpulkan, hypothesise, menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi, membandingkan, kontras atau membayangkan,  menunjukkan jawaban tingkat tinggi. Untuk menjawab Higher Level Questions (rich questions) diperlukan penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi, berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam situasi baru.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam melatih keterampilan berpikir adalah perlunya latihan-latihan yang intensif. Seperti halnya keterampilan yang lain, dalam keterampilan berpikir siswa perlu mengulang untuk melatihnya walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi dan otomatisasi keterampilan berpikir yang telah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan berpikir yang baru dan mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah atau macam keterampilan berpikir siswa bertambah banyak.

Adang (1985), Suastra & Kariasa (2001) mengatakan bahwa untuk melatihkan kompetensi berpikir tingkat tinggi, siswa hendaknya diberi kesempatan sebagai berikut :

1.      Mengajukan pertanyaan yang mengundang berpikir selama proses belajar mengajar berlangsung.
2.      Membaca buku-buku yang mendorong untuk melakukan studi lebih lanjut.
3.      Memodifikasi atau menolak usulan yang orisinil dari temannya, guru atau dari buku pelajaran.
4.      Merasa bebas dalam mengajukan tugas pengganti yang mempunyai potensi kreatif dan kritis.
5.      Menerima pengakuan yang sama untuk berpikir kreatif dan kritis seperti juga untuk hasil belajar yang berupa mengingat.
6.      Memberikan jawaban yang tidak sama persis dengan yang ada dalam buku, namun konsep atau prinsipnya benar.


PERMASALAHAN :

Menurut teman – teman apakah dengan diterapkannya kurikulum k 13 yang telah dijalankan dan diterapkan disekolah – sekolah yang ada diindonesia ini oleh mentri pendidikan sudah dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi pada siswa.? Mohon berikan pendapat teman – teman sekalian...

2 komentar:

  1. seharusnya iya. karena dalamm k13 siswa ditunnutut unuk lebih aktif dalam pembelajaran. dan bahkan dapat mencari bahan ajar dan menganalisis nya sendiri sebagai bahan untuk diskusi dengan teman2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya memang seharusnya begitu karena tujuan diterapkannya kurikulum 13 adalah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan diindonesia. karena tuntutan perkembangan zaman yang membuat pemerintah terus berinovasi untuk melakukan perbaikan - perbaikan.

      Hapus