DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Diagnosis
adalah keputusan atau penentu mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa
yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa. Sebelum
menetakan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat
dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala
dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan
belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang
bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar
siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan
belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai
“diagnostik” kesulitan belajar.
Langkah – langkah diagnosis kesulitan
belajar :
Banyak
langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup
terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip
Wardani (1991) sebagai berikut:
1.
Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku
menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
2.
Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa
khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
3.
Mewawancarai orangtua / wali siswa untuk
mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4.
Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan
tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5.
Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ)
khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai
berikut:
1) Keputusan
mengenai jenis kesulitan belajar siswa.
2) Keputusan
mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar.
3) Keputusan
mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan
cara:
1) Membandingkan
nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai
seluruh individu.
2) Membandingkan
prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
3) Membandingkan
nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.
Secara
umum langkah-langkah tersebut diatas dapat dilakukan dengan mudah oleh guru
kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orang tua siswa
dapat berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang perlu dicatat
ialah apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh dibawah normal
(tuna grahita), orang tua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke lembaga
pendidikan khusus anak-anak tuna grahita (sekolah luar biasa), karena lembaga/
sekolah biasa tidak menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan belajar khusu
untuk anak-anak abnormal. Selanjutnya, para siswa yang nyata-nyata menunjukkan
misbehavior berat seperti perilaku agresif yang berpotensi antisosial atau
kecanduan narkotika, harus diperlakukan secara khusus pula, umumnya dimasukkan
ke lembaga pemasyarakatan anak-anak atau ke “pesantren” khusus pecandu
narkotika.
Adapun
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia, disgafia,
dan diskalkulia, sebagaimana yang telah diuraikan, guru dan orang tua sangat
dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini
biasanya bertugas menangani siswa pengidap sindrom-sindrom tadi disamping
melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Dalam
rangka diagnosis ini biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli,
misalnya:
1) Dokter,
untuk mengetahui kesehatan anak.
2) Psikolog,
untuk mengetahui tingkat IQ anak.
3) Psikiater,
untuk mengetahui kejiwaan anak.
4) Social
worker, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami anak.
5) Ortopedagogik,
untuk mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada anak.
6) Guru
kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di sekolah.
7) Orang
tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak dirumah.
Analisis Hasil Diagnosis Kesulitan Belajar
Data
dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi
perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami
siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh : siti
fulanah mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata polisemi.
Polisemi adalahsebuah istilah yang menunjuk kata yang mimiliki dua makna atau
lebih. Kata “turun”, umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase seperti
turun tangga, turun ranjang, turun tangan dan seterusnya. Contoh sebaliknya,
kata “naik” yang juga dapat dipakai dalam banyak frase seperti: naik daun, naik
darah, naik banding, dan sebagainya.
v Alat Ungkap Kesulitan Belajar Siswa
A. Tes Uraian
Tes uraian merupakan tes yang butir-butirnya
berupa suatu pertanyaan atau
suatu
suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan yang diminta kepada siswa untuk menjelaskan,
membandingkan, menginterpretasikan, dan mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan
mengharapkan agar siswa menunjukkan pengertian mereka Terhadap materi yang
dipelajari. Tes ini dapat digunakan untuk mengungkap bagaimana siswa mengingat,
memahami, dan mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang sudah dipelajari,
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk
uraian tertulis dengan bahasa sendiri (Suwarto, 2013).
Tes
uraian ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian objektif dan bentuk uraian non objektif.
Bentuk tes uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang matematika dan
sains, karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan tes ini melalui suatu prosedur
tertentu. Setiap langkah memiliki skor. Objektif artinya jika diperiksa beberapa
guru bidang studi maka hasil skornya sama. Penilaian tes uraian non-objektif cenderung
dipengaruhi subjektifitas penilai. Tes ini menuntut kemampuan siswa untuk menyampaikan,
memilih , menyusun, dan memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya
dengan menggunakan kata-kata sendiri (Mardapi, 2004).
B. Tes Diagnostik
Tes
diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa,
termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik dilakukan apabila diperoleh
informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran
pada mata pelajaran tertentu. Tes diagnostik sangat penting dalam rangka
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera
apabila guru atau pembimbing peka terhadap siswa tersebut.
Hasil
tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami
dan yang telah dipahami. Tes diagnostik harus disusun secara khusus pada
wilayah pengajaran yang terbatas. Butir-butir tes diagnostik cenderung
mempunyai tingkat kesulitan yang relatif rendah (Suwarto, 2013).
C. Wawancara
Wawancara
(interview) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara
lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual atau kelompok untuk menghimpun
data. Sebelum melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen wawancara atau
pedoman wawancara. Pedoman berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang
dijawab oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta,
data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi, atau evaluasi responden
(Sukmadinata, 2012).
Wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur (structured interview) digunakan bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis dan alternatif jawaban juga telah disediakan. Wawancara
semiterstruktur (semistructure interview) termasuk kategori in-depth interview,
yaitu pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuan
wawancara ini adalah menemukan permasalahan secara lebih terbuka, meminta
pendapat dan ide dari responden. Peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan. Wawancara tidak terstruktur (unstructured
interview) adalah wawancara bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan (Sukmadinata, 2012).
PERMASALAHAN
Menurut
teman – teman apakah dengan dilakukannya wawancara sebagai salah satu alat atau
tindakan guru untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dapat
membantu guru dalam menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa.? Kemukakan pendapat teman – teman.....
iya berdasarkan artikel saudari ririn diatas wawancara merupakan salah satu alat ungkap kesulitan belajar siswa jadi dengan diadakannya wawancara guru bisa mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa tersebut sesuai dengan pengertian nya itu sendiri Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
BalasHapussecara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual atau kelompok untuk menghimpun data.
ia karena dengan melakukan wawancara secara pribadi itu dapat membuat anak lebih mudah untuk mengungkapkan perasaannya atau masalah-masalah yang diadapinya dalam mengikuti pembelajaran. apabila guru telah menemukan masalah anak tersebut, guru dapat mencari solusi yang pas untuk mengetahui cara membelajarakan materi kimia kepada anak tersebut sehingga hasil yang didapat lebih maksimal
BalasHapusIa karena dengan wawancara terjadi interaksi antara guru dan siswa baik secra langsung maupu menggunakn media. Seperti yg telah dijelaskan pada artilel sadri, bahwa Tujuan wawancara ini adalah menemukan permasalahan secara lebih terbuka, meminta pendapat dan ide dari responden(siswa)
BalasHapusSehingga kita dpat mngetahui apa yg dialami sesungguhnya oleh siswatsb? Dia bisa mngubgkapkan apa yg sedang ia rasakan/ alami.