Selasa, 02 Mei 2017

KESULITAN GURU DALAM MEMBELAJARKAN KIMIA




Concise Dictionary of Science & Computers (2004) mendefinisikan kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam, yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur dan komposisi materi, perubahan yang dapat dialami materi, dan fenomena-fenomena lain yang menyertai perubahan materi. Keragaman jenis materi serta luasnya fenomena yang bertali temali dengan perilaku materi menyebabkan kimiawan mengkhususkan kajian-kajiannya pada bidang-bidang spesifik. Hal ini kemudian menyebabkan berkembangnya percabangan dalam disiplin ilmu kimia berdasarkan kekhususan jenis materi dan aspek khusus sifat materi yang dikajinya, seperti misalnya kimia organik, kimia anorganik, kimia fisik, biokimia, dan kimia lingkungan.

            Sebagai sebuah ilmu pengetahuan alam, kajian-kajian dalam kimia bertujuan untuk memahami sifat dan perubahan materi di alam. Konsep, hukum, teori dalam kimia dihasilkan kajian-kajian tersebut. Namun, sebagai akibat dari pemahaman manusia terhadap sifat dan perubahan materi di alam, manusia mampu meniru alam dalam menghasilkan produk-produk alam. Hal inilah yang kemudian melahirkan pengetahuan kimia yang dapat diaplikasikan untuk memuat berbagai bahan-bahan sintetik, seperti misalnya plastik dan semikonduktor. Di samping itu dengan pemahaman terhadap sifat dan perubahan di alam, kimiawan menjadi mampu mengendalikan proses-proses alam agar menguntungkan dan meningkatkan manfaatnya bagi manusia. Teknologi pencegahan korosi, pencegahan pencemaran, produksi obat-obatan, penyediaan pasokan air minum, merupakan satu contoh kecil dari aplikasi kimia dalam pengendalian proses alam. Oleh karena aplikasinya yang luas itu, kimia mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sebagaimana ditunjukkan oleh luasnya pasar dari produk-produk teknologi kimia seperti pupuk, insektisida, obat-obatan, bahan bangunan, dan produk-produk petrokimia.

ISU DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

Pekerjaan mengajar kimia penuh dengan tantangan. Tantangan tersebut lahir sebagai akibat dari berbagai perkembangan zaman yang sangat dinamis. Munculnya pemikiran-pemikiran baru terhadap konsep-konsep  dasar kimia, meluasnya produk aplikasi kimia di masyarakat, berkembangnya teori-teori pembelajaran, tuntutan masyarakat (orang tua, perguruan tinggi, pemerintah, dll.) menjadikan kita perlu secara berkesinambungan mengkaji ulang tentang “keyakinan” (belief), pemahaman, sudut pandang, serta tradisi kita dalam menjalankan tugas profesi guru kimia.

Salah satu masalah yang dihadapi sementara pengajar kimia di SMA/MA adalah perolehan hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan sekalipun pendidik telah berusaha secara maksimum untuk mengajar dengan baik. Sesungguhnya masalah seperti ini bukan hanya ada dalam pengajaran kimia saja melainkan juga pengajaran mata pelajaran IPA lainnya, bukan pula dialami bangsa kita saja melainkan juga hempir semua bangsa, dan sama sekali tidak mencuat pada saat sekarang saja melainkan juga sejak waktu lampau. Fenomena itu menjadi petunjuk akan tingginya kompleksitas persoalan pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran kimia pada khususnya. Di samping itu harus diakui bahwa  ilmu pendidikan kimia belum sampai pada taraf yang cukup matang untuk dapat berperan sebagai “pemandu” bagi para pendidik dalam mengajarkan kimia. Masih diperlukan pengkajian, penelitian, dan pemikiran yang melibatkan para praktisi (guru kimia), pakar ilmu pendidikan kimia, dan pakar ilmu kimia secara bersama-sama dalam mengembangkan alternatif-alternatif pendekatan dan strategi yang efektif dalam mengajarkan kimia. Langkah penting yang perlu kita lakukan adalah memahami peta tali temali permasalahan tersebut, sehingga analisis secara komprehensif dapat kita lakukan, bahkan mungkin titik-titik cerah untuk memecahkannya secara bertahap dapat kita antisipasi.

Dewasa ini terdapat banyak kritik terhadap proses dan hasil pembelajaran kimia di sekolah menengah atas (termasuk madrasah aliyah). Sejumlah kritik terarah pada kegiatan belajar mengajar yang sangat berpusat pada guru (teacher centered) sehingga pembelajaran nampak sebagai ceramah, yang di dalamnya pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan prosedur) kimia ditransmisikan dari guru tanpa menstimulasi peserta didik untuk “berpikir/bernalar”. Sementara itu karakter kimia sebagai “experimental science” tidak tampak dalam kegiatan belajar-mengajar kimia, sebab pada umumnya sangat jarang peserta didik distimulasi untuk melakukan observasi terhadap fenomena kimia, serta menginterpretasikan fenomena tersebut dengan menggunakan pengetahuan teoretiknya, apalagi merancang kegiatan eksperimen untuk memecahkan suatu permasalahan. Kritik lain terarah pada materi pelajaran yang di samping “sarat”, juga sangat bersifat teoretik-akademik, tanpa menyinggung aplikasinya untuk memahami peristiwa alam di sekitarnya atau produk-produk teknologi yang hadir dalam kehidupan sehari-harinya. Kesan yang diperoleh sebagian besar peserta didik adalah mata pelajaran kimia steril dari kehidupannya sehari-hari.

Terdapat berbagai justifikasi klasik bagi fenomena pembelajaran kimia seperti yang dipaparkan di muka, antara lain “kurikulum yang sarat materi”, miskinnya fasilitas laboratorium, dan kalaupun ada fasilitas laboratorium, namun tidak ada tenaga laboran, Ujian Sekolah dan SPMB yang lebih banyak menuntut kompetensi menyelesaian soal-soal yang bersifat numerik serta menekankan elemen-elemen teoretik. Persoalan-persoalan tadi membuat kita terperangkap di dalam suatu lingkaran setan yang tidak diketahui bagaimana memulai era baru pembelajaran kimia, yaitu era dimana pembelajaran tidak lagi dipenuhi dengan transmisikan pengetahuan teoretik kimia tanpa mengembangkan “kecerdasasan siswa” sebagaimana yang menjadi salah satu misi utama pendidikan.

Sesungguhnya, pakar dan praktisi pendidikan kimia sangat berpengetahuan dalam soal “kondisi ideal” pembelajaran kimia. Namun, yang acapkali membelenggu kita sehingga tidak cukup kuat tekad dan upaya kita untuk melakukan tindakan nyata mewujudkannya, adalah pengetahuan tadi belum mampu menjadi bagian dari keyakinan (belief) kita. Oleh karenanya pengkajian-pengkajian tentang hakekat pembelajaran kimia masih sangat diperlukan untuk menguatkan keyakinan dalam diri kita bahwa membelajarkan peserta didik dalam mata pelajaran kimia secara aktif dan menstimulasi kemampuan observasi, bernalar serta kreativitas, sebagaimana menjadi misi utama pendidikan untuk mencerdaskan generasi muda.

Model Pembelajaran Efektif untuk Mata Pelajaran Kimia

Hingga saat ini belum ada teori yang secara komprehensif dapat menjelaskan keberhasilan mengajar kimia. Namun demikian penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjuk adanya sejumlah faktor yang berpengaruh pada keberhasilan belajar peserta didik, baik yang terkait pada individu peserta didik, guru, lingkungan, serta proses pembelajaran (Cruickshank, 1990). Seberapa jauh masing-masing faktor berkontribusi pada keberhasilan peserta didik belajar belum diketahui secara pasti. Penelitian-penelitian yang dilakukan masih terlalu sedikit sehingga hasilnya belum konklusif. Di samping itu pengaruh faktor-faktor tadi tidak linear, terkait satu sama lain,  sehingga sulit untuk memprediksi faktor-faktor mana yang secara umum lebih dominan, dan kekuatan pengaruh faktor-faktor tersebut tampak unik untuk setiap individu peserta didik.

Keberhasilan belajar peserta didik bertalian dengan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang di dalamnya pendidik secara optimum berperan sebagai fasilitator belajar yang menyediakan kondisi-kondisi fisik dan psikologis yang memungkinkan peserta didik meraih kompetensi-kompetensi yang ditargetkan dalam kurikulum. Proses pembelajaran dapat ditingkatkan efektivitasnya melalui upaya kerjasama sinergis guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran (Firman, 1999), sebagaimana diperlihatkan dalam sebuah model yang tertera pada Kotak 2.




Pada model tersebut pembelajaran yang efektif digambarkan dalam perspektif  kerjasama pendidik dan peserta didik. Dalam interaksi pembelajaran, pendidik berperan untuk menata organisasi dan sistematika penyajian materi pelajaran dan kegiatan belajar siswa agar mampu menstimulasi motivasi dan minat belajar, serta mentransformasikan pengetahuan agar mudah tertangkap siswa. Sementara itu peserta didik berkewajiban untuk  secara antusias dan responsif terlibat dalam proses pembelajaran, serta secara mandiri berupaya untuk melakukan internalisasi terhadap materi pelajaran yang baru dipahaminya.

PERMASALAHAN
Bagaimanakah tanggapan teman – teman terhadap kesulitan yang dialami guru dalam membelajarkan kimia di SMA.? Dampak apakah yang paling fatal yang dirasakan oleh siswa apabila guru kesulitan dalam membelajarkan materi / pelajaran kimia tersebut,?


2 komentar:

  1. dampak yang paling fatal yang dirasakan oleh siswa menurut saya adalah siswa tidak mengerti dengan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut dan juga siswa merasakan kurang puas dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan.

    BalasHapus
  2. Dampak yg paling fatal menurut saya jika seorng guru sulit dalam membeljarkan materi kimia tersebut adalah akan terjadi nya miskonsepsi, dan kebingungan yg diraskan siswa, serta materi yang disampaikan kurang ngena dan siswa lebih sulit dalam mngkonstruk materi yang di sampaikan.

    BalasHapus