Kendala
Implementasi Kurikulum 13
Menurut
Hilda Taba mengemukakan bahwa Kurikulum
adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan
berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu.
Menurut
Murray Print Kurikum didefinisikan sebagai semua ruang pembelajaran terencana
yang diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang
dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu terapkan.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, danbahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Fungsi
kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada
dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling
berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan
tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling
berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu
komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Ciri-ciri dan Karakteristik Kurikum 2013 ialah
ciri ciri yang melekat dalam perwujudan dan pelaksanaan kurikulum 2013:
1. Mewujudkan
pendidikan berkarakter
Pendidikan berkarakter sebenarnya merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum
pendidikan sebelumnya. Dimana dalam kurikulum tersebut dituntut bagaimana
mencetak peserta didik yang memiliki karakter yang baik, bermoral dan mmemiliki
budi pekerti yang baik. Namun pada implementasi kkurikulum ini masih terdapat
berbagai kekuragan sehingga menuaiberbagai kritik. sehingga kurikulum berbasis
kompetensi ini direvisi guna menciptakan sistem pendidikan yang berkelanjutan
dan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Menciptakan
Pendidikan Berwawasan Lokal
Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting. Namun pada kenyataan yang
terjadi selama ini, potensi dan budaya lokal seaan terabaikan dan tergerus oleh
tingginya pengaruh budaya modern. Budaya yang cenderung membawa masyarakat
untuk melupakan cita-cita luhur nenek moyang dan potensi yang dimilikinya dari
dalam jiwa. Hal itulah yang mendorong bagaimana penanaman budaya lokal dalam
pendidikan dapat diterapkan. Sistem ini akan diterapkan dalam konsep sintem
pendidikan kurikulum 2013. Sistem yang dapat lebih mengentalkan budaya lokal
yang selama ini dilupakan dan seakan diacuhkan. Olehnya itu dengan sistem
pendidkan kurikulum 2013 diharapkan pilar budaya lokal dapat kembali menjadi
inspirasi dan implementasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dihrapkan budaya
lokal dapat menjadi ciri penting dan menjadi raja di negeri sendiri dan tidak
punah ditelan zaman.
3. Menciptakan
Pendidikan yang ceria dan Bersahabat
Pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran. Tetapi pada dasarnya
pendidikan merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam diri. Olehnya
itu, dengan sistem pendidikan yang diterapkan pada kurikulum 2013 nantinya akan
diharapkan dapat menggali seluruh potensi diri peserta didik, baik restasi
akademik maupun non akademik. Maka dengan begitu pada kurikulum 2013 nantinya
akan diterapkan pendidikan yang lebih menyenangkan, bersahabat, menarik dan
berkompeten. Sehingga dengan cara tersebut diharapkan seluruh potensi dan
kreativitas serta inovasi peserta didik dapat tereksploitasi secara cepat dan
tepat.
Implementasi
Kurikulum 2013 menemui sejumlah masalah di lapangan. Selain persoalan
paradigmatik, seperti mengubah mindset guru tersebut, ada problem
teknis yang berkaitan dengan perubahan struktur kurikulum yang menyebabkan
adanya pelajaran yang hilang maupun bertambahnya jam. Semuanya itu berimplikasi
pada nasib guru.
Pertama,
penghapusan mata pelajaran TIK (teknologi informasi dan komputer) di SMP
berimplikasi besar terhadap eksistensi para pengampu bidang TIK yang latar
belakang pendidikannya TIK. Mereka akan disalurkan ke mana? Pengajar TIK dengan
latar belakang IPA, matematika, atau lainnya dapat dengan mudah disalurkan ke
mata pelajaran lain sesuai dengan kompetensinya. Tapi tidak mudah bagi pengajar
bidang TIK yang sudah tersertifikasi. Mungkin mereka dapat disalurkan untuk
mengajar prakarya yang berbasiskan teknologi. Tapi masalahnya adalah apakah
regulasi yang menyangkut sertifikasi mendukung kebijakan tersebut. Bila tidak,
guru pula yang akan menjadi korban. Perebutan jam mengajar tetap akan terjadi
untuk tetap dapat mempertahankan sertifikasi.
Kedua,
penjurusan/peminatan di SMA yang dimulai begitu murid masuk di kelas I
menimbulkan persoalan manajerial baru ihwal persyaratan pemilihan
jurusan/minat. Terutama bila para murid baru memilih jurusan/peminatan di
kelompok tertentu, misalnya kelompok matematika dan IPA saja. Para kepala
sekolah/guru di SMA harus cermat sekali dalam menampung minat para calon murid
agar tidak sering terjadi perpindahan jurusan/minat. Hal itu mengingat murid
boleh pindah minat. Tapi seringnya pindah minat murid akan menyulitkan pengelolaan
sekolah.
Masalah
pilihan jurusan/minat itu sebaiknya disosialisasi di kelas III SMP agar, ketika
lulus SMP, murid sudah memiliki gambaran mengenai jurusan/minat yang akan
diambil saat masuk SMA. Penulis menggunakan istilah “penjurusan” di sini, karena
ternyata apa yang disebut peminatan itu sama dengan penjurusan, hanya ditambah
dengan boleh mengambil bidang studi disiplin lain. Misalnya, kelompok
matematika dan IPA boleh mengambil antropologi. Atau, kelompok IPS boleh
mengambil biologi. Tapi setiap murid wajib mengambil semua mata pelajaran di
kelompok peminatan. Ketika perdebatan awal gagasan peminatan ini muncul,
tidaklah demikian. Pada waktu itu, diharapkan murid betul-betul mengambil
materi yang diminati dan sesuai dengan orientasi belajarnya di perguruan tinggi
nantinya.
Ketiga,
soal penambahan jam pelajaran di semua jenjang pendidikan juga inkonsisten
antara latar belakang penambahan dan penerjemahannya dalam struktur kurikulum.
Latar belakangnya adalah karena adanya perubahan pendekatan proses
pembelajaran, tapi dalam struktur kurikulum terjadi penambahan jumlah jam mata
pelajaran. Sebagai contoh, pendidikan agama di SD kelas I-III dari dua menjadi
empat jam seminggu, yang diikuti dengan perumusan kompetensi dasar (KD) yang
seimbang dengan jumlah jamnya, sehingga yang terjadi tetap mengejar materi,
bukan proses pembelajarannya yang dibenahi. Semestinya yang diubah adalah
lamanya tatap muka untuk setiap mata pelajaran, misalnya tatap muka di SD kelas
I-III saat ini per jam mata pelajaran itu selama 35 menit, bisa ditambah
menjadi 45 menit. Di SMP-SMTA, dari 45 menit per jam pelajaran dapat ditambah
menjadi 60 menit per jam pelajaran, sehingga proses pembelajarannya lebih
leluasa.
Problem
lain yang dimunculkan dari penambahan jam pelajaran per minggu itu adalah makin
menghilangkan otonomi sekolah, karena waktu yang tersedia untuk mengembangkan
kurikulum sendiri makin sempit. Bagi sekolah-sekolah swasta, kurikulum baru
jelas menimbulkan beban baru bagi yayasan, karena harus memfasilitasi peningkatan
kualitas guru lewat pelatihan, pengadaan perpustakaan yang lengkap, dan
pendidikan tambahan agar guru dapat mengimplementasikan kurikulum baru tersebut
secara baik, dengan biaya ditanggung sendiri oleh pihak yayasan, yang ujungnya
dipikul oleh para orang tua murid.
Permasalahan :
Menurut teman – teman
apakah solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala kendala penerapan
dari kurikulum k 13 ini.? Dan apakah menurut teman – teman kurikulum k 13 ini
layak atau tidak untuk diterapkan dalam pendidikan diindonesia.? terimakasih
ada beberapa cara untuk mengatasi kendala kurikulum k13 :
BalasHapus1.Upaya penyesuaian sesuai dengan perkembangan pemahaman tentang kurikulum 2013 (permendikbud nomor 67 dan 81A)
2. Pelatihan dan pemantapan penyusunan perangkat pembelajaran agar guru menjadi kreatif
3. Pengembangan indikator berdasarkan KD oleh guru
4. Penguatan pendekatan saintifik pada guru melalui KKG
5. Guru perlu mendapatkan pelatihan secara kontinyu agar mahir mengimplementasikan 5M, karena 5M menunjang penguatan proses pembelajaran
6. Menggunakan paket subtema dengan tidak terpaku pada PB
7. Penilaian melalui penggolongan sesuai kemampuan siswa, tidak “person by person”
8. Guru dituntut untuk kreatif mengembangkan materi dan proses pembelajaran bahasa Indonesia
9. Guru dan kepala sekolah berusaha sambil mempersiapkan macam-macam antisipasi penilaian
10. Dengan adanya “perbedaan” tsb, maka sebagian sekolah akan mencetak sendiri format buku rapor yang lebih sesuai menurut sekolah
11. Perlu pendampingan berkala dan pembimbingan dalam menyusun instrumen
Menurut saya K-13 belum dapat diterapkan di Indonesia karena masih banyak kendala yang dihadapi.
terimakasih diati atas jawaban dan pendapatnya mengenai penerapan kurikulum k 13 diindonesia. menurut saya juga penerapan diindonesia masih kuranf efektif karena masih banyak yang harus dipersiapkan agar bisa berjalan dengan baik.
HapusMenurut saya Solusi Penyelesaian Masalah yang Timbul dengan Diterapkannya Kurikulum 2013.
BalasHapusPada kenyataannya, karena adanya perbedaan kemampuan dan pengetahuan guru, belum semua guru mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengamati fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan materi pelajarannya. Hal inilah salah satunya yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Oleh karena itu, sangat perlu bagi masing-masing sekolah mengadakan kegiatan :
1. lesson study ataupun workshop yang membahasa cara mengajarkan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013.
2. Pertemuan antar sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013
dan untuk diterapkan nya kurikulum 2013 menurut saya belum dapat diterapkan secara maksimal di indonesia
Hapusmunurut saya penerapan kurikulum 13 belum maksimal seperti yang dikatakan saudari rini karena masih banyak terdapat kendala - kendala dalam pelaksanaanya seperti kendala guru, kendala kemampuan siswa, kendala fasilitas sekolah yang belum memadai.
Hapus