SISTIM PENILAIAN OTENTIK TENTANG KEMAJUAN
BELAJAR KIMIA SISWA DI SMP DAN SMA
Dalam
dunia pendidikan, penilaian adalah proses memberikan atau menentukan kepada
objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil proses
belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2012).
Sejalan
dengan Nana Sudjana, Gronlund & Linn mendefinisikan penilaian sebagai suatu
proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasi informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau
sekelompok siswa menccapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik
aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan (Suprananto, 2012).
Dalam
dunia pendidikan seperti pada lembaga sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA. Pada
umumnya, sebagian guru terbiasa menilai kemampuan siswa menggunakan tes tulis.
Padahal sebaik apapun tes tulis yang digunakan untuk menilaian kemampuan siswa,
tidak akan mampu menilai seluruh kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Penilaian
yang seperti ini biasa disebut penilaian tradisional. Dimana penilaian yang
dilakukan oleh guru menggunakan intrumen tes tulis atau sejenisnya.
Seperti
yang dikatakan oleh Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian
tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah,
menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang
sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh
mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan
kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat (Sigit, 2014).
Dari
berbagai kekurangan yang ada pada penilaian tradisional, maka dunia pendidikan
memerlukan jenis penilaian yang mampu menilai kompetensi siwa dari berbagai
aspek. Dalam hal ini adalah penilaian autentik. Autentik adalah keadaan yang
sebenanya, keadaan dimana siswa dinilai berdasarkan kompetensi yang benar-benar
dimiliki oleh siswa.
Sehubungan
dengan penilaian autentik, Gulikers mengungkapkan bahwa penilaian otentik
merupakan penilaian yang mampu memfasilitasi siswanya untuk menggunakan
kombinasi dari kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya untuk
mengaplikasikan sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupannya (Dahlan, 2014).
Ada
beberapa pengertian mengenai penilaian autentik (Sigit, 2014), diantaranya
adalah:
a.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran
b.
Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
c.
Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan menggunakan bergam sumber,
pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran.
d.
Penilaian autentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan pendokumentasian
karya (ap yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar
penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan anak sebagai individual
learner (pembelajar mandiri).
e.
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Dari
penjelasan mengenai penilaian autentik dan penilaian tradisional di atas, maka
dapat diambil titik perbedaan yang sangat mendasar, yaitu:
PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian
autentik adalah komponen penting bagi dunia pendidikan khususnya sejak dari
reformasi pendidikan. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian
tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah,
menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang
sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh
mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan
kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat (Sigit, 2014).
Seiring
berjalannya waktu banyak sekali perubahan dalam dunia pendidikan khususnya
dalam pembaruan kurikulum. Sejak diterapkannya sistem kurikulum 2013 pada tahun
2014 yang oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh. Perubahan
paradigma pendidikan dan kurikulum menuntut para pendidik untuk melakukan
penilaian yang tidak hanya melihat hasil belajar peserta didiknya, melainkan
proses dan bagaimana mereka mererapkannya pada kehidupan sahari-hari.
Rahayu
(2014), beberapa penilaian autentik dalam penerapan kurikulum 2013 antara lain:
a)
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
b)
Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkaran hasil belajar pesert didik,
baik dalam rangka mengobservasi, menalar, membangun jejaring, dan lain-lain.
c)
Penilaian autentik cenderng fokus terhadap tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik.
d)
Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam
pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang
sesuai.
e)
Penilaian aautentik sering dikontradiksikan dengan penilain yang menggunakan
standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau
membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola pilihan seperti ini tidak diantikan
dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh
legitimasi secara ademik.
f)
Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru
bekerjasama dengan peserta didik
g)
Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya,
peserta didik dapat melakukan aktifitas belajar lebih baik ketika mereka tahu
bagaimana dinilai.
h)
Peserta didik diminta untuk merefleksika dan mengevaluasi kinerja mereka
sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan
pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
i) Pada
penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, kejaian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
j)
Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa
belajar, motibasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilah belajar.
k)
Karena penilaian itu merupakan dari proses pembelajaran, guru dan pesera didik
berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
l)
Dalam beberap kasus,, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan
harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
m)
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar tentang subjek.
n)
Penilaian autentik harus mamp menggambarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana
mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah tau belum mampu
menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
o) Atas
dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan
dan utnuk apa pula kegiatan remedial harus dilakukan (Dahlan, 2014).
PERMASALAHAN
Menurut
teman – teman apakah dengan dilakukan sistem penilaian dengan penilaian
autentik dalam kurikulum 13 itu dapat adil dan efektif untuk melihat kemampuan
serta ketrampilan yang dimiliki oleh siswa.?
saudari Ririn, menurut saya malah penilaian auntentik inilah yang dapat mengukur dan menilai kemampuan siswa secara adil dan merata untuk semua siswa. kita ketahui bahwa kemampuan setiap siswa itu beda beda, tidak semua siswa pandai di bidang penguasaan pengetahuan, tidak semua siswa pandai di bidang pengembangan keterampilan, ada siswa yang unggul di bidang penguasaan pengetahuan namun lemah di bidang pengembangan keterampilan dan sebaliknya. nah dengan adanya penilaian autentik ini justru malah membuat penilaian yang dilakukan oleh guru menjadi adil. Guru menilai siswa tidak lagi hanya dari sisi penguasaan pengetahuan, namun juga hal lain yang kira-kira seperti Kemampuan presentasi, manajemen waktu, kemampuan kerja sama, kemampuan penguasaan TIK dan lain lain. jika pada ktsp 2006 penilaian lebih diberatkan pada penilaian penguasaan pengetahuan siswa (kognitif), itu akan menjadi tidak adil bagi siswa yang memiliki keterampilan (psikomotor) yang bagus. jadi menurut saya penilaian autentik ini sudah adil dan efektif digunakan.
BalasHapusMenurut saya penilaian ini efektif digunakan sebagai instrument hasil belajar, karena penilaian ini tidak hanya melihat kemampuan siswa berdasarkan hasil test saja, melainkan juga dilakukan penilaian proses oleh guru baik itu domain kognitif, afektif dan psikomotor siswa melalui berbagai jenis penilaian seperti penilaian kerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, penilaian sikap, penilaian diri, test dan lain sebagainya.
BalasHapusiya, karena penilaian ini melakukan penilaian secara keseluruhan dari semua sisi. hanya saja karena terlalu banyak penilaian, guru jadi enggan. padahal penilaian ini sangat bagus dan terkesan adil bagi siswa-siswa.
BalasHapus