Selasa, 14 Maret 2017

SISTIM PENILAIAN OTENTIK TENTANG KEMAJUAN BELAJAR KIMIA SISWA DI SMP DAN SMA

Dalam dunia pendidikan, penilaian adalah proses memberikan atau menentukan kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil proses belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2012).

Sejalan dengan Nana Sudjana, Gronlund & Linn mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa menccapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan (Suprananto, 2012).

Dalam dunia pendidikan seperti pada lembaga sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA. Pada umumnya, sebagian guru terbiasa menilai kemampuan siswa menggunakan tes tulis. Padahal sebaik apapun tes tulis yang digunakan untuk menilaian kemampuan siswa, tidak akan mampu menilai seluruh kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Penilaian yang seperti ini biasa disebut penilaian tradisional. Dimana penilaian yang dilakukan oleh guru menggunakan intrumen tes tulis atau sejenisnya.

Seperti yang dikatakan oleh Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat (Sigit, 2014).

Dari berbagai kekurangan yang ada pada penilaian tradisional, maka dunia pendidikan memerlukan jenis penilaian yang mampu menilai kompetensi siwa dari berbagai aspek. Dalam hal ini adalah penilaian autentik. Autentik adalah keadaan yang sebenanya, keadaan dimana siswa dinilai berdasarkan kompetensi yang benar-benar dimiliki oleh siswa.

Sehubungan dengan penilaian autentik, Gulikers mengungkapkan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang mampu memfasilitasi siswanya untuk menggunakan kombinasi dari kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya untuk mengaplikasikan sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupannya (Dahlan, 2014).

Ada beberapa pengertian mengenai penilaian autentik (Sigit, 2014), diantaranya adalah:
a. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran
b. Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
c. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan menggunakan bergam sumber, pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari pembelajaran.
d. Penilaian autentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan pendokumentasian karya (ap yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan anak sebagai individual learner (pembelajar mandiri).
e. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Dari penjelasan mengenai penilaian autentik dan penilaian tradisional di atas, maka dapat diambil titik perbedaan yang sangat mendasar, yaitu:



PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK

Penilaian autentik adalah komponen penting bagi dunia pendidikan khususnya sejak dari reformasi pendidikan. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat (Sigit, 2014).

Seiring berjalannya waktu banyak sekali perubahan dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembaruan kurikulum. Sejak diterapkannya sistem kurikulum 2013 pada tahun 2014 yang oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh. Perubahan paradigma pendidikan dan kurikulum menuntut para pendidik untuk melakukan penilaian yang tidak hanya melihat hasil belajar peserta didiknya, melainkan proses dan bagaimana mereka mererapkannya pada kehidupan sahari-hari.

Rahayu (2014), beberapa penilaian autentik dalam penerapan kurikulum 2013 antara lain:
a) Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
b) Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkaran hasil belajar pesert didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, membangun jejaring, dan lain-lain.
c) Penilaian autentik cenderng fokus terhadap tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.
d) Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
e) Penilaian aautentik sering dikontradiksikan dengan penilain yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola pilihan seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara ademik.
f) Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerjasama dengan peserta didik
g) Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktifitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana dinilai.
h) Peserta didik diminta untuk merefleksika dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
i) Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kejaian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
j) Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motibasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilah belajar.
k) Karena penilaian itu merupakan dari proses pembelajaran, guru dan pesera didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
l) Dalam beberap kasus,, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
m) Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
n) Penilaian autentik harus mamp menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah tau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
o) Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan utnuk apa pula kegiatan remedial harus dilakukan (Dahlan, 2014).

PERMASALAHAN

Menurut teman – teman apakah dengan dilakukan sistem penilaian dengan penilaian autentik dalam kurikulum 13 itu dapat adil dan efektif untuk melihat kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh siswa.?

3 komentar:

  1. saudari Ririn, menurut saya malah penilaian auntentik inilah yang dapat mengukur dan menilai kemampuan siswa secara adil dan merata untuk semua siswa. kita ketahui bahwa kemampuan setiap siswa itu beda beda, tidak semua siswa pandai di bidang penguasaan pengetahuan, tidak semua siswa pandai di bidang pengembangan keterampilan, ada siswa yang unggul di bidang penguasaan pengetahuan namun lemah di bidang pengembangan keterampilan dan sebaliknya. nah dengan adanya penilaian autentik ini justru malah membuat penilaian yang dilakukan oleh guru menjadi adil. Guru menilai siswa tidak lagi hanya dari sisi penguasaan pengetahuan, namun juga hal lain yang kira-kira seperti Kemampuan presentasi, manajemen waktu, kemampuan kerja sama, kemampuan penguasaan TIK dan lain lain. jika pada ktsp 2006 penilaian lebih diberatkan pada penilaian penguasaan pengetahuan siswa (kognitif), itu akan menjadi tidak adil bagi siswa yang memiliki keterampilan (psikomotor) yang bagus. jadi menurut saya penilaian autentik ini sudah adil dan efektif digunakan.

    BalasHapus
  2. Menurut saya penilaian ini efektif digunakan sebagai instrument hasil belajar, karena penilaian ini tidak hanya melihat kemampuan siswa berdasarkan hasil test saja, melainkan juga dilakukan penilaian proses oleh guru baik itu domain kognitif, afektif dan psikomotor siswa melalui berbagai jenis penilaian seperti penilaian kerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, penilaian sikap, penilaian diri, test dan lain sebagainya.

    BalasHapus
  3. iya, karena penilaian ini melakukan penilaian secara keseluruhan dari semua sisi. hanya saja karena terlalu banyak penilaian, guru jadi enggan. padahal penilaian ini sangat bagus dan terkesan adil bagi siswa-siswa.

    BalasHapus